Tuesday, March 5, 2013

BERBAHASA INDONESIA DALAM NARASI

1.  Bahasa Indonesia Jurnalistik

          Naskah jurnalistik TV dan radio disebut hear copy, atau naskah untuk didengar. Sementara untuk media cetak disebutsee copy. Perbedaan ini membawa konsekuensi pada perbedaan cara menulis berita. Walau bahasa televisi disebut bahasa lisan atau bahasa tutur, namun kaidah berbahasa tetap mengacu pada bahasa Indonesia yang baik dan benar.
      Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu harus memenuhi tiga unsur penting yakni:
•  Lazim: Kata-kata yang dipilih ialah kata-kata yang biasa digunakan sehari-hari namun tetap menjaga kepatutan berbahasa dan sopan santun.
•  Berkaidah: Kalimat yang disusun haruslah berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam bahasa. Kita misalnya mengenal EYD dan Kamus Umum Bahasa, dalam menjadi acuan berbahasa.
•  Komunikatif: Kalimat yang disampaikan oleh presenter atau reporter tidak berbeda maknanya dengan apa yang diserap oleh pendengar dan pembaca.

II. Panjang Kalimat

Berapa sebenarnya panjang kalimat yang bisa diserap oleh pemirsa. George Fox Mort dalam New Survey of Journalism meneliti bahwa penonton televisi dapat menyerap dengan baik 160 kata dalam satu menit. “Bila penonton kehilangan titik vital dia tidak dapat meminta penyiar untuk mengulanginya. Karena itu ulangi rincian yang penting supaya penonton memahami secara yakin. Jangan terlalu banyak menggunakan kata sifat. Karena kata sifat cenderung menyembunyikan fakta,” kata Mort.
Merujuk survei tersebut, Melvin Mencher dalam News Reporting and Writing menganjurkan agar satu kalimat tidak boleh lebih dari 17 kata. Lebih dari 17 kata biasanya kalimat sulit dipahami dan tidak komunikatif lagi. Kalimat berikut saya ambil dari naskah Insan Kamil (Pagi 06/10/00) tentang bangunan SD yang rusak di Bekasi.
(ANCHOR)
SAUDARA/ SEKITAR 132 MURID SDN SUKARAHAYU 02 DI KECAMATAN TAMBELANG BEKASI/ TERPAKSA MELAKUKAN AKTIVITAS BELAJAR MENGAJAR/DI SEKOLAH YANG KONDISI BANGUNANNYA SANGAT BURUK// ATAP GEDUNG YANG BERLUBANG DENGAN TIANG PENYANGGA YANG KEROPOS/MEMBUAT PARA SISWA DAN GURU YANG  BERTUGAS/SELALU KHAWATIR AKAN AMBRUKNYA BANGUNAN SEKOLAH/Mr roti…

Satu kalimat di lead berita ini mencapai 22 kata. Sebenarnya lead ini dapat kita sederhanakan menjadi”

(ANCHOR)
SAUDARA/ MURID-MURID SD SUKARAHAYU 02/ TAMBELANG/ BEKASI TERPAKSA BELAJAR DI BANGUNAN SEKOLAH YANG KONDISINYA SANGAT BURUK// ATAP GEDUNG YANG BERLUBANG DAN TIANG PENYANGGA YANG KEROPOS MEMBUAT MEREKA SELALU KHAWATIR/ JIKA BANGUNAN TERSEBUT AMBRUK//

Saya ingin kembali mengingatkan 10 pedoman penulisan naskah televisi dari Melvin Mencher:

1.  Jangan menulis sebelum Anda benar-benar memahami peristiwa yang Anda tulis.
2.  Jangan menulis sebelum Anda mengetahui benar-benar apa yang ingin Anda tulis.
3.  Perlihatkan, jangan ceritakan!. (Show, don’t tell!)
4.  Tempatkan kutipan yang baik di tengah berita Anda.
5.  Gunakan  kata  benda  berwujud  (concrete  noun)  dan kata  kerja  aktif secara bervariasi.
6.  Tempatkan anekdot dan ilustrasi di tengah cerita.
7.  Hindarkan  penggunaan  kata  sifat  yang  berlebihan  dan letakkan  kata  bantu (adverb) dekat kata kerja.
8.  Biarkan fakta berbicara.
9.  Jangan  tampilkan pertanyaan-pertanyaan yang Anda sendiri tidak dapat menjawabnya.
10.Tulislah dengan gaya bahasa yag sederhana. Rangkum dalam beberapa kata, sopan dan tepat.

III. Beberapa Kesalahan

1. Sampai jumpa dan salam SCTV.

“Demikian saudara tayangan … minggu ini. Kita bertemu lagi dalam tayangan yang sama dalam topik yag berbeda, pekan depan. Sampai Jumpa dan salam SCTV”
Kata-kata seperti jumpa pada sampai jumpa dan salam SCTV seharusnya ditambah ber-sehingga menjadi berjumpa. Kata jumpa merupakan bentuk prakategorial, sama halnyadengan temu dan sua yang tidak pernah berdiri sendiri. Pernahkan Anda mendengar sampai sua lagi, atau sampai temu lagi? Jika tidak, begitu juga dengan kata sampai jumpa.

2. Melakukan Unjuk Rasa

(ANCHOR)
SAUDARA/ 150 ORANG KARYAWAN RESTORAN SIZZLER/ MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA DI KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN TENAGA KERJA/JAKARTA PUSAT HINGGA PUKUL SATU/DINI HARI TADI// MEREKA MENUNTUT PERUSAHAAN UNTUK MENAIKAN UANG SERVIS/ DARI 40 RIBU RUPIAH MENJADI 250 RIBU RUPIAH PER KARYAWAN/Vtr roll..

Lead berita ini saya ambilkan dari berita Lita Hariyani (Lip 6 Pagi 06/10/00). Tipe melakukan unjuk rasa adalah kesalahan yang kerap kali terjadi pada penulisan naskah berita kita.Sebenarnya  melakukan + (pe – an) dapat kita singkat menjadi kata kerja tunggal dengan tambahan awalan me atauber. Melakukan unjuk rasa bisa menjadi berunjuk rasa ataumelakukan penangkapan menjadi menangkap, melakukan penyitaan menjadi menyita.
Awalan me dan ber sudah bermakna melakukan sesuatu. Sehingga jika kita menggunakan kedua awalan ini maka tidak perlu lagi kita menggunakan kata melakukan. Fungsi konfik pe–an dalam kata penangkapan, penyitaan dsb. adalah untuk membuat kata benda.
Penggunaan kata kerja melakukan ditambah kata benda, tidak dapat membuat kalimat itu menjadi aktif, sebagaimana dianjurkan dalam menulis hard news.

3. Pemboman

(ANCHOR)
SAUDARA/ KAPOLDA  METRO  JAYA/  INSPEKTUR JENDERAL  NURFAIZI/ BERSYUKUR PELAKUPEMBOMAN YANG AKAN MELEDAKKAN GEDUNG SARINAH DAN  KEDUBES  AMERIKA  SERIKAT/ BERHASIL  DIBEKUK  SEBELUM MELAKSANAKAN NIATNYA TERSEBUT// SEDANGKAN TERHADAP MOTIF DAN PELAKU SERTA AKTOR INTELEKTUAL BERBAGAI KASUS PEMBOMAN Dl WILAYAH HUKUM METRO JAYA/ DIAKUI POLDA MASIH DALAM PENYELIDIKAN//

Lead berita ini saya ambil dari berita Nina Waskito (Liputan 6 Petang 24/09/00). Hampir dua pekan sejak bom di gedung BEJ meledak, berita kita diramaikan oleh berita “Pemboman”. Benarkah kata pemboman menurut  kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Rujukannya adalah sebagai berikut:
Kata-kata dasar yang bersuku satu seperti bom, cat, las, pel, sah, tes, dan cap apabila mendapat awalan meng- (untuk membuat kata kerja) berubah menjadi menge-. Demikian juga dengan imbuhan peng- akan menjadi penge-, sehingga kata-kata pemboman akan menjadi pengeboman dan membommenjadi mengebom. Kecuali kata bombardir dia akan menjadi membombardir, sebab bombardir merupakan kata kerja yang memiliki tiga suku.

4. Menyomasi dan Pengkaplingan

(ANCHOR)
50 PENGACARA Dl PALEMBANG/ MENSOMASI 76 PIHAK/ YANG DIDUGA TERLIBAT DALAM PEMBAGIAN. DANA BANTUAN SOSIAL SEBESAR 2,2 MILIAR RUPIAH KEPADA 74 ANGGOTA DEWAN SUMATERA SELATAN// ATAU MESKI PERSOALAN KEAMANAN SEPENUHNYA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB POLRI/ NAMUN PIHAK TNI TETAP MEMBANTU PELAKSANAAN PENGAMANAN// UNTUK MEMPERJELAS POSISI TNI TERSEBUT DIPERLUKAN ATURAN HUKUM//MENURUT USODO HAL TERSEBUT DITUJUKAN AGAR TIDAK TERJADI PENGKAPLINGAN ANTARA TNI DAN POLRI Dl LAPANGAN// …
Dua di atas adalah berita Ajmal Rokyan dari Palembang dan Dyah Kusuma dari Polkam. Saya ambilkan sesuai dengan naskah asli (Pagi 04/10). Kata-kata dengan fonem awal k/p/t/sapabila mendapat awalan peng- atau meng- akan luluh, sehingga kata-kata seperti somasi menjadi menyomasi bukanmensomasi. Begitu juga dengan kata kapling akan menjadipengaplingan bukan pengkaplingan. Perkosa akan menjadimemerkosa apabila mendapat awalan me-, bukan memperkosa. Kata target akan menjadi menargetkan bukan mentargetkan, dst.
[Kata-kata dengan fonen k/p/t/s tidak luluh apabila kata dasar merupakan unsur serapan dari bahasa asing dan belum ada padanannya atau belum dimdonesiakan. Misalnya: mentransfer, mensurvei dll.]

5. Namun, tetapi, meski, dan walau

Kesalahan lain pada contoh pada paragraf Dyah Kusuma di atas adalah penggunaan kata meski dan namun dalam satu kalimat. “Namun” menurut Kamus Umum Bahasa Indonesiasudah bermakna “walaupun demikian” atau “meskipun demikian“, sehingga jika kita menggunakan kata namun, kita tidak lagi menggunakan tetapi, meski atau walaupun.
Namun, meski dan tetapi berfungsi sebagai kata penghubung. Dengan demikian ruas kiri sebagai anak kalimat, ruas kanan pun sebagai anak kalimat sehingga induk kalimatnya tidak ada. Karena itulah kalimat-kalimat itu tidak tergolong kalimat yang baku.

 6. Nya

Dalam bahasa Indonesia baku tidak dikenal akhiran -nya. Penggunaan akhiran –nya dipengaruhi oleh ragam bahasa lisan Jawa dan Sunda. Dua contoh di bawah ini diambil dari berita Abbas Yahya (Pagi 04/10) dan Olivia Rosalia (Siang 05/10).
(ANCHOR)
SAUDARA/ LEMAHNYA KONTROL PERTAMINA DALAM PENDISTRIBUSIAN MINYAK TANAH HINGGA PADA TINGKAT AGEN/ MEMBUAT HARGA MINYAK TANAH PADA TINGKAT PENGECER JAUH DI ATAS HARGA ECERAN TERTINGGI YANG DITETAPKAN PEMERINTAH///
ATAU
BAGI PARA ANGGOTA TNI DAN POLRI/ BERJUANG MEMBELA NEGARA/ HINGGA TETES DARAH TERAKHIR/ ADALAH KEBANGGAAN TIADA TARA// KARENANYA TERPAKSA BERHENTI BERTUGAS KARENA MENGALAMI CACAT FISIK/ SEWAKTU MENJALANKAN KEWAJIBAN/ ADALAH HAL YANG MENYEDIHKAN// BAHKAN/ BISA MEMUTUSKAN SEMANGAT HIDUP MEREKA//
Dua contoh di atas menunjukkan penggunaan akhiran -nya.Lemahnya kontrol Pertamina, bisa dibuat dengan kalimat baku menjadi Kontrol Pertamina yang lemah. Katakarenanya, juga bisa diganti oleh karena itu atau karena itu, sehingga kalimat di atas bisa diubah menjadi kata, “Karena itu mereka terpaksa berhenti bertugas karena mengalami cacat fisik
MENURUTNYA/ PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK TUNTUTAN JAKSA PENUNTUT UMUM/ KARENA DALAM TIGA KALI PERSIDANGAN TIDAK MAMPU MENGHADIRKAN TERDAKWA//
Nya juga tidak bisa menjadi kata ganti orang. Menurutnya, katanya adalah contoh kata-kata tidak baku yang sering kita gunakan. Menurutnya bisa diganti menjadi menurut dia ataumenurut + nama orang. Pada contoh yang dibuat Donny Kurniawan (Pagi 05/10) itu menurutnya bisa diganti Menurut Marzuki Darusman.

7. Ke, kepada, pada

(ANCHOR)
SAUDARA/ PEMERINTAH AKAN MENGAJUKAN PARA DEBITUR YANG TERLIBAT DALAM KESEPAKATAN MASTER SETTLEMENT AND AQUISITION AGREEMENT/MSAA/ KE PIHAK KEPOLISIAN/ JIKA HANYA MENYERAHKAN ASET YANG NILAINYA SUDAH TURUN DARI NILAI SEBELUMNYA/ YANG MEMBUAT NEGARA BERPOTENSI DIRUGIKAN RATUSAN TRILIUN RUPIAH///
Kutipan di atas saya ambil dari berita Indy Rahmawati (Pagi 03/10). Pemakaian ke untuk menyingkat pengertian kepada, sekali lagi adalah pengaruh bahasa daerah dalam bahasa Indonesia. Sehingga kalimatnya menjadi tidak baku. Fungsipada dan kepada adalah sbb:
•  Pada digunakan untuk menyatakan tempat dan menyatakan waktu. Misalnya pada waktu itu, pada bulan puasa. Katapada digunakan di depan kata ganti orang, pada saya. Di depan kata bilangan, pada suatu hari.  Digunakan di depan kata yang menyatakan waktu, pada bulan puasa. Digunakan di depan kata benda abstrak, pada lamunanku, pada pikiranku dsb.
•  Kepada digunakan untuk menyatakan arah dan digunakan di depan kata ganti orang. Contoh:  Pemerintah melaporkan debitur yang terlibat dalam kesepakatan MSAA kepada polisi.

8. Di kata tempat dan di kata depan

(ANCHOR)
PEMDA DKI JAKARTA MENGANCAM AKAN MENGHENTIKAN PASOK MINYAK TANAH  DAN MENCABUT IJIN  USAHA AGEN SERTA PANGKALAN MINYAK TANAH YANG MENJUAL LEBIH MAHAL DARI HARGA ECERAN TERTINGGI/HET// ANCAMAN (Nl DIKELUARKAN MENANGGAPI ADANYA AGEN MINYAK TANAH YANG SAMPAI HARI INI MASIH IVIENETAPKAN HARGA DIATAS HET//
Kutipan lead ini saya ambil dari berita Mira Permatasari (Pagi 03/10). Di memiliki dua fungsi yakni untuk menunjukkan tempat dan di sebagai awalan. Diatas sebagai awalan harusnya dipisah menjadi di atas. Sementara di sebagai kata depan harus disambung seperti diketahui, dilakukan dll. Dalam bahasa lisan barangkali kita tidak bisa membedakan keduanya. Hanya saja harus berhati-hati jika menulis judul pada chargen.
Masih sering kita jumpai judul yang tidak bisa membedakan di kata tempat dan di sebagai awalan.

9. Sesuai undang-undang atau sesuai prosedur.

PROSES EKSEKUSI BISA DILAKUKAN SETELAH DITERBITKAN KEPPRES TENTANG PENOLAKAN GRASI/ KARENA/ SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR TIGA TAHUN 50 TENTANG PERMOHONAN GRASI/BERKAS PERMOHONAN GRASI ITU MESTI MELALUI PROSES DI BERBAGAI INSTANSI//
atau
SESUAI   LETTER   OF   INTENT   DENGAN   DANA  MONETER INTERNASIONAL/IMF/KEDUA BANK TERSEBUT HARUS SUDAH DIJUAL PEMERINTAH DESEMBER MENDATANG// PENJUALAN KEDUA BANK TERSEBUT KEMUNGKINAN BESAR BARU DAPAT DILAKUKAN PADA TAHUN MENDATANG//
Kalimat sesuai undang-undang atau sesuai prosedur sekilas tidak ada yang salah. Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa pasangan idiomatik yakni pasangan yang harus selalu hadir bersama-sama karena sudah tetap, padu, dan senyawa. Andaikata salah satu unsurnya ditinggalkan, ungkapan idiomatik itu menjadi salah. Kalimatnya pun menjadi salah.
Kalimat sesuai undang-undang atau sesuai letter of intentharusnya ditulis lengkap dengan pasangannya sehingga menjadisesuai dengan undang-undang atau sesuai dengan prosedurdll. Ada anggapan membuang kata dengan tidak akan bermasalah dan akan menghemat kata. “Kalimat efektif atau ekonomi kata tidak berarti menyalahi aturan berbahasa,” kata J.S Badudu dalam Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar jilid III.

10. Permukiman dan pemukiman

Sering kita melihat kedua kata permukiman dan pemukiman ditukarkan maknanya begitu saja. Berikut contoh berita yang dibuat oleh Esther Mulyanie (Pagi, 05/10):
MENTERI  PEMUKIMAN  DAN  PENGEMBANGAN WILAYAH  ERNA WITOELAR MENYATAKAN PEMERINTAH INDONESIA MEMBERIKAN DUKUNGAN SEPENUHNYA BAGI PENGUNGSI TIMTIM YANG MEMILIH MENETAP Dl INDONESIA// UNTUK ITU/ DISIAPKAN BEBERAPA WILAYAH Dl TIMOR BARAT UNTUK PENEMPATAN//
Imbuhan pe- an atau peng- an bermakna “proses melakukan sesuatu”. Jadi kata pemukiman berarti  proses  memukimkan. Erna  Witoelar  bukan  Menteri  pemukiman  tapi  menteri permukiman. Walaupun urusan memukimkan kembali menjadi sebagian tugas Departemen Permukiman. Demikian juga dengan kata penempatan dalam contoh di atas. Penempatantidak berarti lokasi dalam konteks kalimat itu. Penempatanberarti proses menempatkan atau memukimkan. Permukiman sama maknanya dengan perumahan.

11. Seperti tidak sama dengan antara lain, adalah atau yaitu.

RAPAT KOORDINASI MENTERI-MENTERI BIDANG POLSOSKAM/ DIMULAI PUKUL 10  PAGI  TADI// RAPAT INI  DIPIMPIN  OLEH  MENKO POLSOSKAM/ SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DAN DIHADIRI BEBERAPA MENTERI/ SEPERTI MENTERI AGAMA THOLHAH HASAN/ MENTERI KOPERASI ZARKASIH NUR/MENDIKNAS YAHYA MUHAIMIN/
Kata seperti tidak sama dengan antara lain. Menurut KUBI,seperti artinya mirip. Kalau kita rujuk paragraf di atas berarti yang hadir di rapat polkam itu mirip menteri agama, mirip menteri koperasi dll. Penggunaan kata seperti pada contoh di atas menunjukkan kita masih menggunakan  bahasa  pasar dalam  membuat  kalimat-kalimat. Seharusnya menggunakan kata baku.

12. Antara… dengan

(ANCHOR)
SAUDARA/  MENTERI  KEUANGAN  PRIJADI PRAPTOSUHARDJO  MENGAKU[/PERBEDAAN PANDANGAN ANTARA PEMERINTAH DENGAN BANK INDONESIA MENGENAI JUMLAH' SERTA KRITERIA UNTUK MENILAI BANTUAN LIKUIDITAS BANK INDONESIA; BLBI/
Contoh di atas saya ambil dari berita Merdi Sofansyah (Petang 10/10). Bahasa Indonesia baku mengenai pasangan kata.Antara ... berpasangan dengan dan bukan dengan dengan. Antara aku dan dia bukan antara aku dengan dia.

13. Penutup

Masih banyak beberapa contoh kata, kalimat dan dalam naskah kita yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar. Dalam beberapa edisi berikutnya akan kita bahas serial "kesalahan-kesalahan berbahasa" ini.

Kesalahan berbahasa

1. Menulis Kembali

Pelajaran yang baik untuk membuat naskah berita TV adalah menulis kembali (rewriting).  Harap dipisahkan pengertian menulis kembali dengan menyalin (to copy). Pelajaran menulis kembali sebetulnya datang dari desk daerah atau luar negeri yang menggunakan video wire. Namun dalam perkembangannya, menulis kembali kemudian menjadi standar bagi script editor.
Di banyak stasiun sebenarnya fungsi redaktur (desk editor) seperti yang kita jalankan selama ini, dibagi dalam dua tugas yang dipisahkan secara tegas yakni fungsi asignment editor dan fungsi script editor. Namun kita—karena keterbatasan SDM—mengabungkan  kedua fungsi ini dalam satu tugas redaktur. Kelemahannya adalah, banyak redaktur yang  memiliki  kemampuan  lapangan  yang  bagus  namun tidak  memiliki kemampuan menulis naskah berita yang baik.Atau sebaliknya, bisa menulis bagus tapi jaringan di lapangan lemah. Suatu saat kita harus memikirkan pembagian tugas redaktur sebagaimana layaknya di sebuah news station.
Mengapa menulis kembali menjadi penting daiam membuat naskah berita TV? "Tulisan yang baik ialah tulisan yang (hampir selalu) ditulis kembali, " kata Maury Green.
Penulis naskah biasanya akan menemukan bahwa ia dapat mengembangkan tulisan semula dengan jalan menulis ulang.Menulis kembali umumnya dapat meringkaskan cerita (news story) atau membuat naskah itu bercerita (story telling). Bagi para script editor, Ted White dalam Broadcast News Writing, Reporting and Production, menyarankan:
• Bacalah sekali atau dua kali seluruh naskah itu sampai Anda benar-benar memahami semua fakta yang terdapat dalam naskah itu.
• Pahamilah hal-hal pokok yang terdapat dalam naskah tersebut.
• Ucapkanlah fakta-fakta dan hal-hal pokok itu seolah-olah Anda menceritakannya kepada kawan Anda.
•  Tulislah.
•  Poleslah dan kemudian sunting gambarnya.

2. Lafal Yang Benar

Berbeda dengan media cetak, jurnalistik televisi mengharuskan kita mengucapkan kata dengan lafal yang benar, karena kita membacakan untuk didengar pemirsa. Pusat Bahasa merumuskan, lafal yang benar dalam bahasa Indonesia sedikitnya memenuhi unsur di bawah ini:
•  Tekanan kata dalam kalimat
•  Pemenggalan kalimat
•  Enunsiasi atau kejelasan
•  Intonasi atau lagu kalimat
Keempat syarat ini hanya menyangkut ragam lisan, bukan kualitas yang harus dimiliki dalam penulisan naskah berita.
Contoh:
...JAKSA AGUNG MARZUKI DARUSMAN MEMBENARKAN ADANYA PERISTIWA KEKERASAN YANG TERJADI BELAKANGAN INI//KARENA PEMILIKAN SENJATA API OLEH IVIASYARAKAT//
Penggalan kalimat di atas saya ambil dari berita Liputan 6 Pagi 19 September. Berita dari tim hukrim ini dibaca oleh Erfan (Editor). Sekilas tak ada yang salah, namun karena pemenggalan dan intonasi voice over yang keliru, akhirnya kalimat tersebut ditangkap pemirsa : Jaksa Agung membenarkan kekerasan. Padahal yang benar adalah:
JAKSA AGUNG MEMBENARKAN BAHWA BERBAGAI PERISTIWA KEKERASAN YANG TERJADI BELAKANGAN INI/BERKAITAN DENGAN PEMILIKAN SENJATA API OLEH MASYARAKAT//

Daftar di bawah ini adalah kata-kata yang sering salah kita lafalkan:
a. Pasca                                   bukan dibaca         Paska
b. CNN (ce-en-en)                  bukan dibaca         ci- en- en
c. BBC (be-be-ce)                   bukan dibaca         bi-bi-si
d. CGI (ce-ge-i)                       bukan dibaca         ci-ji-ai
e. MTQ (em-te-ki)                   bukan dibaca         enn-te-kyu
f.  Objek                                  bukan dibaca         obyek
g. Energi                                   bukan dibaca         enerji
h. Persen                                  bukan dibaca         presen atau prosen

Contoh:

 (ANCHOR)
UNTUK MENCAPAI TARGET PENERIMAAN PAJAK SEBESAR 173 KOMA 4 TRILIUN RUPIAH PADA RAPBN 2001/PEMERINTAH  AKAN MEMPERLUAS  OBJEK PAJAK/SERTA MENINGKATKAN   NILAI OBJEK PAJAK/KHUSUSNYA DARI KALANGAN PENGUSAHA//roll vtr...
(Sentot Nurahman/Pagi 13/10)

Untuk akronim asing panduannya adalah dibaca sesuai dengan lafal aslinya.
a. Unesco              dibaca yunesko
b. Unicef               dibaca yunisef
c. SEA Games      dibaca si - geyms
kecuali singkatan asing yang membentuk satu kata harus dibaca sesuai dengan lafal penutur Indonesia.
a. NATO                        dibaca nato bukan neto
b. ASEAN                      dibaca asean
c. UNTAET                   dibaca untaet

dalam perkembangan berbahasa, ada beberapa akronim dan singkatan yang kemudian berkembang menjadi kata. Misalnya:
•  Laser   : light amplification by simulated emission of radiation
•  Radar   : radio detecting and ranging
•  Sonar   : sound navigation ranging
•  Tilang   : bukti pelanggaran
Laser, radar dan sonar dibaca sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Laser misalnya tidak dibaca leser.
Di TVRI untuk akronim dalam bahasa Indonesia yang boleh masuk dalam naskah dan lead berita adalah akronim yang memiliki dua sampai tiga suku kata. Selebihnya harus dibaca utuh. (Soewardi ldris dalam "Berita Televisi")

Contoh:
a.  Golkar, pemilik, jukiak, kepres, puskesmas, pusdikiat, Polri dll.
b.  Danpusenif harus dibaca Komandan Pusat Persenjataan Infanteri.
c. Sishankamrata harus dibaca sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
Sebaik-baiknya naskah berita adalah naskah yang menghindari singkatan dan akronim.
Rumusan lain adalah, televisi tidak diperkenankan memopulerkan istilah, singkatan, dan akronim yang tidak lazim. Biarkan media cetak terlebih dulu memopulerkannya. Bilasudah lazim baru televisi menggunakannya. Contoh ABG, dulu istilah ini hanya digunakan oleh "anak gaul" lalu dipopulerkan oleh media cetak. Kini ABG untuk menyebut remaja tanggung sudah mulai masuk dalam naskah berita.
Dalam membaca singkatan, Pusat Bahasa merumuskan "dibaca dulu bentuk lengkapnya baru singkatan atau akronimnya."
Misalnya:
SAUDARA/MENTERI DALAM NEGERI MENYERAHKAN DAFTAR ISIAN PROYEK ATAU DIP TAHUN ANGGARAN 2000 KEPADA GUBERNUR OKI JAKARTA//BUKAN:
 
SAUDARA/DIP ATAU DAFTAR ISIAN PROYEK UNTUK DKI JAKARTA/HARI INI DISERAHKAN OLEH MENDAGRI//
Lafal yang benar juga termasuk membaca fonem /e/. Indonesia mengenal dua fonem /e/ yakni /e/ keras atau /e taling/ dan /e/ lembut atau /e pepet/.

Daftar berikut adalah kata-kata yang menggunakan /e/ keras atau /e/ taling:
•  senjang
•  peka
•  rebak
•  memang
•  pelak
•  berang
•  tera

Daftar berikut adalah kata-kata yang menggunakan /e/ lembut atau /e/ pepet
•  senja
•  pemda
•  tegas
•  rebus
•  menang
•  pelan
•  berang-berang

3. Nampak dan Tampak

SAUDARA//PERJUANGAN TERHADAP MASALAH BURUH ANAK-ANAK/HINGGA SAAT INI NAMPAKNYA MASIH TERUS DIPERJUANGKAN OLEH KAUM IBU //SEPERTI YANG DILAKUKAN OLEH KAUM IBU YANG TERGABUNG DALAM PENGAJIAN BABUSSALAM//
Penyengauan bunyi awal suatu kata biasa terdapat dalam bahasa Jawa/Sunda. Lalu kebiasaan itu terbawa kepada penutur berbahasa Indonesia. Interferensi struktur daerah ke dalam struktur Indonesia tidak perlu terjadi. Jadi bentuk yang benar adalah tampak bukan nampak. Jika mendapatkan imbuhan me-kan maka tampak akan berubah menjadi menampakkan.

4. Antar dan Anti

[CG-JUDUL=PERANG ANTAR DESA. PULUHAN RUMAH HANGUS/ LAMPUNG]
[CG=JUDUL=RESOLUSI ANTI ISRAEL Dl SIDANG IPU/JAKARTA]
Kedua judul di atas saya ambil dari Liputan 6 Petang tanggal 15 Oktober 2000.
Penggunaan partikel antar dan anti pada naskah, judul dan ikon kita belum baku menurut EYD.
• Prefiks anti berfungsi untuk melawan apa yang disebut dalam kata dasar. Persamaan anti adalah kontra. Sebagaimana prefiks lainnya maka penulisan anti harus disambung dengan kata dasarnya, sehingga Anti Israel harus ditulis Anti-Israel. Demikian juga dengan kontra, misalnya, kontraproduktif dll.
• Prefiks antar berfungsi untuk menyatakan lokasi yang menghubungkan dua hal dalam kata dasar, sehingga kata antar desa harus ditulis bersambung menjadi antardesa.
Persamaan antar adalah inter, misalnya, interlokal, interkultural dll.
Prefiks-prefiks yang ditulis bersambung lainnya adalah:
 
a. prefiks a                                           : amoral, apatis, asosial dll.
b. prefiks pra                                        : prasejarah, prasangka, prasaran dll.
c. prefiks auto dan swa                         : autobiografi, autodidak, swalayan, swadaya
d. prefiks re dan ulang:                          : reorientasi, restrukturisasi,ulangcetak, ulangdaur
e. prefiks bi dan dwi                             : dwiwarna, bilingual, biseks, bipolar
f.  prefiks pasca                                    : pascapanen, pascasarjana
g. prefiks serba                                     : serbaguna, serbaneka, serbakurang
h. prefiks maha                                     : mahaguru, mahasiswa, mahamulia kecuali Maha Esa
i.   prefiks super dan supra                    : supersonik, superbesar, supranatural
j.  prefiks  trans dan ultra                       : transgenik, ultramodern
k. prefiks uni                                         : unieropa, unilateral
l.  prefiks semi                                      : semipermanen, semifinal
rn. prefiks ekstra                                   : ekstrakurikulum, ekstralembut
n. prefiks hiper                                      : hipermarket, hipertensi
o. prefiks eks                                        : eks-presiden
p. prefiks mega                                     : megakolusi, megabintang
q. preflks pro                                        : projakarta, prosoeharto
r.  preflks pol                                        : poligami, poliklinik
s. prefiks pan                                        : pan-Asia, pan-Amerika

Penulisan sambung juga berlaku untuk ukuran satuan panjang, luas, dan berat.
Misalnya:
1. kilometer           bukan kilo meter
2. sentimeter          bukan centi meter
3. kilogram            bukan kilo gram
4. gigawatt             bukan giga watt
5. megaton            bukan mega ton
6. kiloliter              bukan kilo liter

No comments:

Post a Comment